Senin, 29 Agustus 2011
achmad ubbe
Ahmad Ubbe (Facebook) Jakarta - Seleksi pimpinan KPK periode lalu maupun sekarang tak bisa dilepaskan dari Achmad Ubbe. Maklum, dia adalah Sekretaris Panitia Seleksi Pimpinan KPK. Sibuk? Jelas. Lelah? Pasti.
Namun syukurlah hobinya yang satu ini mampu mengusir lelahnya. Hobi itu adalah mengoleksi keris dan badik asal tanah leluhurnya di tanah Bugis. Hobi ini terbilang unik, sebab dari benda bersejarah itu pula, Ubbe belajar memimpin.
Pria yang kini menjabat sebagai staf ahli Menteri Hukum dan HAM bidang pengembangan budaya hukum ini bercerita, kegemarannya terhadap keris dan badik sudah berlangsung sejak kecil. Saat itu, kultur Bugis yang keras membentuknya menjadi seorang pribadi yang berani.
"Di lingkungan keluarga saya itu kalau orang berantem pulang nangis, itu pasti orangtua sangat marah dan biasanya kalau dalam keadaan saat itu dihadiahi keris. Kadang kita dikasih dua badik, disuruh pergi berantem, disuruh cari musuhnya supaya bertikam sekalian," jelas Ubbe saat berbincang dengan detikcom, Jumat (29/7/2011).
Sejak itulah, Ubbe menanamkan keyakinan pada dirinya bahwa keris dan badik adalah sebuah budaya yang harus dilestarikan. Sebab mau tidak mau, keris dan badik telah membentuk karakternya kini saat dewasa.
"Bukan lelaki kalau tidak berbadik. Itu adalah lambang kedewasaan. Bukan sekadar sunat, tapi keris atau badik," cerita pria berkacamata ini.
Mulai tahun 1982, lulusan hukum Universitas Hasanuddin Makassar ini, berburu keris dan badik. Namun Ubbe bukan sembarang kolektor. Selain mengumpulkan keris dan badik tersebut, dia juga mencari tuturan, literatur dan makna filofis dari benda tersebut.
Hasilnya dirangkum dalam sebuah buku bertema kepemimpinan dengan mengambil pesan dalam keris dan badik tersebut. Buku berjudul 'Senjata Pusaka Bugis' itu akan diterbitkan pada November mendatang sekaligus pameran 200 keris dan badik koleksi Ubbe.
"Ada keris yang dibuat sebagai lambang kekuasaan tapi mengabdi pada rakyat. Ada keris yang melambangkan kepemimpinan sedikit otoriter. Ada juga yang demokratis dan populis," terang peraih doktor antropologi budaya ini.
Keris dan badik milik Ubbe tidak sedikit yang langka. Misalnya ada sebuah pedang yang diyakini dibuat pada zaman Galigo, atau era prasejarah setara dengan kerajaan Majapahit.
Harga keris dan badik milik Ubbe bervariasi. Sejak pertama kali berburu, dia harus merogoh kocek untuk satu keris dengan harga berkisar dari Rp 5-40 juta.
"Kadang ada yang tidak ngerti, bisa murah. Tapi sekarang orang pada pintar, jadi mahal," tambahnya.
Setelah puas mencari dan mengoleksi, kini Ubbe ingin menebarkan ilmu yang diperoleh dari keris dan badik. "Supaya memperoleh harkat dan martabat, sekaligus melestarikan budaya leluhur yang sangat saya senangi," kata Ubbe
(diposting dari detik news.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar